Kamis, 16 Oktober 2014

desain evaluasi

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Evaluasi merupakan bagian penting dari sistem pendidikan dan pengajaran dalam berbagai bentuk dan waktu pengajarannya. Istilah evaluasi pemakaiannya sering di pertukarkan karena konsep yang mendasarinya kurang di pahami oleh penggunannya. Istilah yang dimaksud adalah penilaian, pengukuran dan tes. Dengan demikian, konsep-konsep dasar yang terkait langsung perlu diketahui oleh setiap pembelajar.
Evaluasi/ penilaian pada dasrnya bertujuan menentukan evektivitas dan evisiensi kegiatan pembelajaran dengan indikator utama pada keberhasilan atau kegiatan pembelajar dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang di tetapkan. Selanjutnya menjadi balikan bagi perbaikan dan pengembangan proses belajar mengajar berikutnya.
B.     Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut.
1.      Apa pengertian desain evaluasi?
2.      Apa sajakah Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun desain evaluasi program?
3.      Apa sajakah Komponen-komponen Program?
4.      Apa sajakah Hal-hal yang harus ditangani evaluator?
5.      Apa sajakah Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain?
6.      Apa sajakah Langkah penyusunan instrument?
7.      Apa sajakah Criteria evaluator?
8.      Apa sajakah Faktor-Faktor Yang Melemahkan Suatu Bentuk Evaluasi?
9.      Apa sajakah Strategi-Strategi Umum Untuk Memperkuat Desain Evaluasi?
C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.      Untuk mengetahui pengertian desain evaluasi.
2.      Untuk mengetahui Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun desain evaluasi program.
3.      Untuk mengtahui Komponen-komponen Program.
4.      Untuk mengetahui Hal-hal yang harus ditangani evaluator.
5.      Untuk mengetahui Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain.
6.      Untuk mengtahui Langkah penyusunan instrument.
7.      Untuk mengetahui Criteria evaluator.
8.      Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Melemahkan Suatu Bentuk Evaluasi.
9.      Untuk mengetahui Strategi-Strategi Umum Untuk Memperkuat Desain Evaluasi.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Desain Evaluasi
Desain evaluasi adalah suatu kondisi dan prosedur yang diciptakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data. Kebanyakan pendidik ketika mendengar istilah “evaluasi” akan langsung mengarah kepada desain penelitian yang sudah umum seperti desain pre test dan desain post test. Padahal istilah evaluasi harusnya dimaknai dalam konteks yang lebih besar.
Evaluasi program merupakan pelayanan bantuan pada pelaksana program untuk memberikan input bagi pengambilan keputusan tentang kelangsungan program tersebut. Oleh karena itu, pelksana evaluasi program harus memahami seluk beluk program yang dinilai. (Hamdani, 2011: 319)
Evaluator pendidikan biasanya mendasarkan pekerjaan mereka terhadap bukti, bukan sekedar intuisi belaka. Bukti-bukti yang digunakan dalam evaluasi sangat bervariasi, contohnya: kinerja murid, tes, pengamatan pada tingkah laku murid,dll.
Kerangka kerja yang digunakan evaluator sangat beragam, namun meskipun kerangka kerja tersebut sangat berguna bagi evaluator dalam mengambil keputusan, namun tetap dibutuhkan suatu desain evaluasi untuk membantu evaluator bagaimana caranya pengambilan keputusan yang tepat.


B.     Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun desain evaluasi program
1.      Pengambilan keputusan mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan suatu program
2.      Kepala sekolah menunjuk evaluator program (bagian dalam pengelola ataupun orang luar dari program) untuk melaksanakan evaluasi program setelah melaksanakan selama jangka waktu tertentu
3.      Penilai program melaksanakan kegiatan penilainnya, mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun laporan
4.      Penilai program menyampaikan penemuannya kepada pengelola program. (Hamdani, 2011: 319)


C.     Komponen-komponen Program
1.      Tujuan ditetapkan oleh pengambil keputusan dan diberitahukan kepada pelaksana program
2.      Kegiatan semua aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, kegiatan harus relevan dengan tujuan
3.      Sarana fasilitas penunjang kegiatan
4.      Person pelaksana kegiatan
5.      Hasil keluaran sebagai akibat dari kegiatan. (Hamdani, 2011: 319)

D.    Hal-hal yang harus ditangani evaluator
1.      Keberhasilan pencapaian tujuan. Hubungan antara tujuan dan hasil merupakan hal utama yang harus ditangani oleh seorang evaluator. Mereka harus memusatkan perhatiannya terhadap keberhasilan ini. Evaluator tidak boleh terpaku terlalu erat dengan tujuan. Hal ini karena ada beberapa program yang mencantumkan dengan jelas apa yang ingin dicapai dengan kegiatannya, tetapi ada pula yang tidak merumuskannya sama sekali. pada kondisi ini, evaluator harus mencari informasi mengenai tujuan program tersebut karena tidak mungkin seorang evaluator bekerja tanpa mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai.
2.      Tujuan program yang dirumuskan oleh pengembang program. Tujuan umum suatu program akan dijadikan titik awal kegiatan evaluator dalam menyusun desain evaluasi.
3.      Proses yang terjadi dalam program, meliputi kegitan, sarana penunjang, dan personal pelaksana program. (Hamdani, 2011: 319-320)


E.     Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan desain
1.    Latar belakang
2.    Problematika (yang akan dicari jawabannya)
3.    Tujuan evaluasi
4.    Populasi dan sampel
5.    Instrument dan sumber data
6.    Teknik analisis data. (Hamdani, 2011: 320)

F.      Langkah penyusunan instrument
1.    Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrument yang akan disusun.
2.    Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian variable dan jenis instrument yang akan digunakan untuk mengukur bagian variable yang bersangkutan.
3.    Membuat butir-butir instrument. (Hamdani, 2011: 321)

G.    Kriteria Evaluator
1.      Memahami materi
2.      Menguasai teknik
3.      Objek dan cermat
4.      Jujur dan dapat dipercaya. (Hamdani, 2011: 321-322)

H.    Faktor-Faktor Yang Melemahkan Suatu Bentuk Evaluasi
Faktor-faktor ini dijabarkan oleh Campbell dan Stanley dalam pembahasan mereka mengenai desain penelitian eksperimental. Mereka menyebutkan 8 variabel yang mungkin menyebabkan interpretasi terhadap data sulit dilakukan. Kedelapan variabel itu adalah:
1.      Sejarah
Ketika suatu program dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, dan dalam jangka waktu tersebut ada program lain yang juga dilaksanakan, maka hal ini akan menyebabkan hasil akhir yang menjadi tidak jelas. Sebagai contoh: program spesial remedial sedang dilaksanakan di sebuah SD, sementara pada saat yang bersamaan, stasiun TV pendidikan lokal menayangkan program pelajaran matematika SD. Ketika pada akhirnya dari hasil evaluasi menunjukkan ada peningkatan nilai matematika pada anak SD, tidak jelas apakah disebabkan oleh remedial atau oleh program TV.
2.      Kedewasaan
Pada saat sebuah perlakuan sedang dalam proses, mungkin tejadi pertumbuhan alami pada murid yang diteliti, baik secara biologis, psikologis, maupun sosiologis. Pertumbuhan ini akan menyebabkan hasil evaluasi menjadi tidak jelas. Contohnya: hasil akhir tes membaca murid-murid kelas 1 pada akhir tahun pelajaran meningkat. Namun peningkatan ini tidak jelas apakah disebabkan oleh pembelajaran yang mereka terima, atau karena mereka berusia 9 bulan lebih tua?
3.      Ujian
Siswa yang sudah 2 kali mengikuti tes, seperti dalam desain pretes-posttes, biasanya akan lebih ‘ahli’ pada saat posttes. Hal ini membingungkan. Apakah siswa tersebut menjadi ‘ahli’ karena memang diberi perlakuan, atau karena memang dia sudah pernah mengikuti tes yang hampir mirip pada saat pretes?
4.      Instrumentasi
Jika alat ukur diganti selama proses evaluasi, maka perubahan yang terjadi pada murid terkadang dikatkan dengan perubahan alat ukur tersebut, bukan karena fenomena pendidikan yang sedang dievaluasi. Contohnya: ketika 2 jenis tes digunakan untuk melakukan evaluasi, di mana pretes lebih sulit dibandingkan posttes, maka ketika terkadi peningkatan hasil siswa pada posttes, lebih sering dikaitkan dengan masalah sulit-mudah ini, bukan karena adanya program yang diberikan.
5.      Ketidakstabilan
Ketika pengukuran yang digunakan dalam evaluasi tidak terlalu stabil, maka hasil akhir yang didapatkan juga menjadi tidak jelas.
6.      Seleksi
Dalam suatu evaluasi, hasil akhir biasanya menjadi tidak jelas apabila individu yang dimasukkan dalam kelompok penelitian memiliki perbedaan yang sangat besar. Sebagai contoh: sekelompok siswa yang rajin belajar dan bermotivasi tinggi diberi perlakuan X, sementara perlakuan Y diberikan kepada sekelompok siswa yang malas, maka seolah-oleh perlakuan X akan lebih efektif daripada perlakuan Y.
7.      Moralitas
Ketika dua atau lebih kelompok digunakan dalam penelitian, dan salah satu atau beberapa individu keluar dari kelompok, maka hasil evaluasi menjadi tidak jelas. Contohnya: 2 kelompok yang diberi perlakuan sedang diteliti mengenai pendapat mengenai sekolah. Dalam penelitian, seorang atau beberapa siswa dari salah satu kelompok, pindah ke sekolah lain, sementara siswa-siswa ini merupakan siswa yang memiliki pandangan positif terhadap sekolah. Karena kehilangan siswa ini, maka kelompok yang lain seolah-oleh terlihat lebih baik daripada kelompok yang ditinggalkan.
8.      Statistic regresi
Ketika siswa yang dipakai dalam evaluasi adalah siswa-siswa dengan skor yang terletak jauh dari keseimbangan standar deviasi statistik nilai (terlalu tinggi atau lebih seringnya memiliki skor yang terlalu rendah), maka ketika ada peningkatan nilai terhadap siswa yang diteliti ini, seolah-oleh karena adanya suatu perlakuan tertentu.

I.       Strategi-Strategi Umum Untuk Memperkuat Desain Evaluasi
Terdapat dua teknik yang digunakan dalam desain evaluasi, yaitu Teknik penggunaan kelompok kontrol atau kelompok perbandingan, dan teknik pemberian perlakuan secara acak kepada subyek yang diteliti (randomisasi).
1.      Kelompok kontrol dan kelompok perbandingan
Dengan menggunakan kelompok kontrol ini, peneliti bisa menghindari kedelapan variabel yang mungkin akan menyebabkan kebingungan pada saat interpretasi data. Sebagai contoh, ketika sejarah atau perubahan alat ukur mengacaukan interpretasi data, maka dengan menggunakan kelompok kontrol, peneliti bisa mengidentifikasi pengaruh faktor-faktor tersebut. Namun meskipun peneliti ini mampu mengidentifikasi pengaruh pemberian perlakuan pada kelompok, namun biasanya hal ini akan dihindari oleh evaluator pendidikan, karena tujuan dari evaluasi pendidikan adalah mengetahui program apa yang paling efektif. Maka ketika evaluator pendidikan akan melakukan penelitian tentang efektivitas suatu pogram, maka sebaiknya jangan menggunakan kelompok yang diberi perlakuan dan yang tidak diberi perlakuan, namun bagaimana caranya menggunakan kelompok perbandingan yang menggunakan alternatif perlakuan yang mungkin diterapkan. Michael Criven memberikan contoh, ketika evaluator ingin meneliti mengenai program pembelajaran berdana rendah, maka sebaiknya membandingkan antara 2 kelompok siswa, yang satu memakai program berdana rendah, yang satu lagi menggunakan program berdana tinggi. Maka akan terlihat hasilnya, di mana hasilnya biasanya siswa dari kelompok program berdana rendah akan sama baiknya, atau justru lebih baik dari kelompok siswa berdana tinggi. Meskipun demikian, akan selalu ada keadaan di mana penggunaan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan tetap diperlukan.
2.      Randomisasi
Dalam menarik kesimpulan dari penggunaan kelompok perbandingan yang secara umum sejajar, teknik terbaik yang digunakan adalah memilih subyek secara acak. Sebagai contoh: ketika kita ingin membandingkan tiga program fisika kepada siswa, maka cara terbaik memilih siswa yang akan digunakan sebagai subyek adalah dipilih secara acak.
Pengacakan adalah cara yang paling baik untuk menjamin bahwa setiap kelompok memiliki keseimbangan.







BAB III
PENUTUP
Simpulan
Desain evaluasi adalah suatu kondisi dan prosedur yang diciptakan oleh evaluator untuk mengumpulkan data.
Evaluator pendidikan biasanya mendasarkan pekerjaan mereka terhadap bukti, bukan sekedar intuisi belaka. Bukti-bukti yang digunakan dalam evaluasi sangat bervariasi, contohnya: kinerja murid, tes, pengamatan pada tingkah laku murid,dll.









 











DAFTAR PUSTAKA

Hamdani.2011.Strategi Belajar Mengajar.Bandung: Pustaka Setia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar