METODE DISKUSI
UNTUK PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
Makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah
Metodologi Pembelajaran
Dosen
Pengampu: Dr.H. Wawan Ahmad Ridwan, M.Ag
Oleh:
Teti Suyanti
(14121120021)
Semester:
IV
Kelas:
PAI-A
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Metode
mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan
oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian yang
dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa dalam
kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Karena makin baik
metode mengajar, maka makin efektif pula pencapaian tujuan.
Didalam kenyataannya, cara atau metode mengajar yang digunakan guru untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan
pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi ataupun untuk
menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan
agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala persoalan, sehingga metode mempunyai andil yang cukup besar
dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa
akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan
tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan
metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu
tujuan.
Dalam
proses pembelajaran terdapat beberapa metode yang digunakan dalam mentransfer
materi baik dari guru kesiswa, ataupun dari siswa itu sendiri, antara lain
dengan metode ceramah, diskusi, tanya-jawab, penemuan terbimbing, metode
permainan dan beberapa metode-metode lainnya. Namun metode yang sering
digunakan oleh pendidik dalam kegiatan PBM adalah metode pembelajaran dengan
diskusi dan permainan. Dimana metode diskusi itu sendiri dipandang efektif untuk menggali potensi
siswa supaya dapat belajar dengan lebih aktif. Sedangkan metode permainan
sendiri merupakan alternative lain agar siswa tidak jenuh dalam menerima
pelajaran Maka tidak salah apabila metode diskusi dan permainan menjadi pilihan
para guru untuk melatih dan mengembangkan kemampuan siswa-siswinya.
Pentingnya
metode pembelajaran dalam proses pembelajaran yaitu untuk menunjang keberhasilan dalam
kegiatan Proses Belajar Mengajar. Oleh karena itu dalam makalah ini, kami akan
paparkan beberapa ulasan mengenai metode pembelajaran diskusi.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian metode
pendidikan?
2.
Apakah pengertian metode
diskusi?
3.
Apakah tujuan metode
diskusi?
4.
Apa sajakah jenis-jenis
metode diskusi?
5.
Apa sajakah relevansi
metode diskusi?
6.
Apa sajakah
langkah-langkah metode diskusi?
7.
Bagaimana metode diskusi
untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam?
8.
Apa sajakah kelebihan dan
kekurangan metode diskusi?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui
pengertian metode pendidikan.
2.
Untuk mengetahui
pengertian metode diskusi.
3.
Untuk mengetahui tujuan
metode diskusi.
4.
Untuk mengetahui
jenis-jenis metode diskusi.
5.
Untuk mengetahui relevansi
metode diskusi.
6.
Untuk mengetahui
langkah-langkah metode diskusi.
7.
Untuk mengetahui metode
diskusi untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
8.
Untuk mengetahui kelebihan
dan kekurangan metode diskusi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Metode Pendidikan
Menurut Ahmad
Tafsir yang dimaksud dengan metode pendidikan ialah
semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.
Kata-kata “metode” diartikan
secara luas, karena mengajar adalah salah satu
bentuk upaya mendidik, maka metode yang dimaksud di sini mencakup juga metode
mengajar. (Thoha, 1999: 1)
B. Pengertian Metode Diskusi
Menurut Killen tahun 1998, Diskusi adalah metode pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah
untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Oleh karena itu,
diskusi bukanlah debat yang bersifat adu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode
diskusi dalam proses pembelajaran. Keberatan tersebut biasanya timbul dari
asumsi: 1) diskusi merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya karena
interaksi antar siswa muncul secara spontan sehingga hasil dan arah diskusi
sulit ditentukan, 2) diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang
padahal waktu pembelajaran didalam kelas sangat terbatas sehingga keterbatasan
itu tidak mungkin dapat menghasilkan sesuatu secara tuntas. Sebenarnya hal ini
tidak perlu dirisaukan oleh guru, karena dengan perencanaan dan persiapan yang
yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari. (Majid, 2013: 200).
C. Tujuan Metode Diskusi
1. Menanamkan dan mengembangkan keberanian untuk
mengemukakan ide sendiri,
2. Mencari kebenaran secara jujur melalui
pertimbangan-pertimbangan pendapat yang mungkin saja berbeda anatara yang satu
dan yang lain,
3. Melatih diri menemukan kesepakatan pendapat
melalui musyawarah karena masalahnya benar-benar dimengerti, bukan karena
paksaan atau terpaksa menerima, atau karena kalah dalam pemungutan suara,
4. Memberikan suasana kelas yang hidup, mendekati
suasana kehidupan sehari-hari yang sesungguhnya. (Ahmadi, 2005: 93).
D. Jenis-jenis Diskusi
Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, antara lain:
a. Diskusi Kelas
Diskusi kelas
atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai pserta diskusi.
b. Diskusi kelompok kecil
Diskusi
kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok, jumlah
anggota kelompok antara 3-5 orang.
c. Simposium
Simposium
adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai
sudut pandang berdasarkan keahlian.
d. Diskusi panel
Diskusi panel
adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang penulis yang
biasanya terdiri dari 4-5 orang dihadapan pendengar.
e. Seminar
Seminar
merupakan bentuk pertemuan yang dihadiri oleh sjumlah orang utnuk melakukan
kajian dan pembahasan suatu masalah (topik/tema) melalui gagasan pikiran dan
tukar pendapat yang dipandu oleh seorang ahli.
f. Lokakarya
Kegiatan
lokakarya adalah bentuk pertemuan yang membahas masalah praktis atau teknis
atau operasional yang biasanya merupakan tindak lanjut dari hasil seminar
sehingga hal-hal yang bersifat konseptual dapat diturunkan kedalam suatu produk
yang siap untuk dikembangkan atau dilaksanakan. (Majid, 2013: 201-203).
E. Relevansi Metode Diskusi
Teknik diskusi
sebagai metode belajar mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita (guru)
hendak:
1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada
(dimilki) oleh para siswa,
2. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
menyalurkan kemampuannya masing-masing,
3. Memperoleh umpan balik dari para siswa tentang
apakah tujuan yang telah dirumuskan telah tercapai,
4. Membantu para siswa belajar berfikir teoritis
dan praktis lewat berbagai mata pelajaran dan kegiatan sekolah,
5. Membantu para siswa belajar menilai kemmapuan
dan peranan diri sendiri maupun teman-temannya (orang lain),
6. Membantu para siswa menyadari dan mampu
merumuskan berbagi masalah yang di “lihat” baik dari pengalaman sendiri maupun
dari pelajaran sekolah,
7. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih
lanjut. (Suryosubroto,1997: 180-181).
F. Langkah-langkah Metode Diskusi
1. Perencanaan atau persiapan diskusi:
a. Tujuan diskusi
harus jelas, agar pengarahan disukusi lebih terjamin,
b. Peserta diskusi harus memenuhi persyaratn
tertentu, dan jumlahnya disesuaikan dengan sifat disukusi itu sendiri:
c. Penentuan dan perumusan masalah yang akan
didiskusikan harus jelas,
d. Waktu dan tempat diskusi harus tepat, sehingga
tidak akan berlarut-larut.
2. Pelaksanaan diskusi
a. Membuat struktur kelompok (pimpinan,
sekretaris,anggota).
b. Membagi-bagi tugas dalam diskusi,
c. Merangsang seluruh peserta untuk
berpartisipasi,
d. Mencatat ide-ide atau saran-saran yang
penting,
e. Menghargai setiap pendapat yang diajukan
peserta,
f. Menciptakan situasi yang menyenangkan.
3. Tindak lanjut diskusi
a. Membuat hasil-hasil atau kesimpulan dari
diskusi,
b. Membacakan kembali hasilnya untuk diadakan
koreksi seperlunya,
c. Membuat penilaian terhadap pelaksanaan
diskusitersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada
diskusi-diskusi ynag akan datang. (Sudjana, 2002: 80).
G. Metode Diskusi untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Menurut UU
SISDIKNAS nomor 20 tahun 2003 ”pembelajaran” adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. (UU RI
Nomor. 20, SISDIKNAS,2003: 5).
Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidik
agama Islam atau ajaran Islam dan
nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup)
seseorang. (Muhaimin, 2005: 7)
Berhasil atau tidak suatu pendidikan agama,
terutama pemdidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah umum salah satunya
adalah karena guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan
kemajuan siswa. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan guru harus pandai memilih metode pendidikan yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan siswa supaya siswa merasa senang dalam proses belajar mengajar
berlangsung.
Metode
merupakan hal yang penting dalam suatu pembelajaran, bukan hanya pada zaman
sekarang saja, sejak zaman kenabian telah diperintahkan dalam menyampaikan
suatu ilmu haruslah dengan menggunakan metode. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.”(QS. An-Nahl: 125) ( A. Soenarjo, 1971: 458).
Metode diskusi biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya, misalnya metode
ceramah, karyawisata dan lain-lain karena
metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam memecahkan sesuatu
masalah (Problem Solving).
Dalam dunia
pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan
merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.
Proses hidup
dan kehidupan manusia sehari-hari khususnya di bidang pendidikan seringkali
dihadapkan kepada persoalan-persoalan, dimana persoalan tersebut kadang-kadang
tak dapat dipecahkan oleh hanya satu jawaban atau dengan satu cara saja, akan
tetapi memerlukan semacam pengetahuan untuk kemudian disusun pemecahan yang
berupa jalan yang terbaik (alternatif terbaik).
Oleh karena
itu, metode diskusi bukanlah percakapan atau debat biasa saja,tapi diskusi
timbul karena ada masalah yang mermerlukan jawaban atau jawaban yang
bermacam-macam. Dalam metode diskusi ini peranan guru sangat penting dalam
rangka menghidupkan kegairahan murid berdiskusi. Jelas diperlukan diantaranya:
1)
Guru atau pemimpin diskusi harus berusaha semaksimal mungkin agar
semua murid (anggota diskusi) turut aktip dan berperan dalam diskusi tersebut.
2)
Guru atau pemimpin diskusi sebagai pengatur lalu lintas
pembicaraan, sehinga diskusi tersebut berjalan lancardan aman.
3)
Membimbing diskusi agar sampai kepada suatu kesimpulan. Guru atau pimpinan
diskusi perlu ada keterampilan mengumpulkan hasil-hasil pembicaraan
Pimpinan diskusi yang baik akan dapat menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, dan sudah dipersiapkan tindakan
untuk mengatasi hal-hal negatif yang mungkin timbul dalam diskusi. Fungsi
diskusi antara lain:
1)
Untuk merangsang murid-murid berpikir dan mengeluarkan pendapat
sendiri, serta ikut menyumbangkan pikiran-pikiran dalam masalah bersama.
2)
Untuk mengambil satu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban
yang didasarkan atas pertimbangan yang saksama. (Drajat, 2001: 289-293).
Salah satu contoh pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi adalah pemebelajaran fiqih, karena fiqih banyak
mengandung perbedaan pendapat dari para ulama’ yang tidak mudah dipahamai
dengan cara meniadakan metode diskusi dalam pembelajaran fiqih.
Perhatian para ahli pendidikan Islam terhadap
diskusi ini cukup banyak, diantaranya menurut al-Thusi sebagaimana dikutif oleh
M. Jawwad Ridla.
Penuntut ilmu perlu berdiskusi dan berdialaog-diskursif, ia seharusnya
mempunyai keinsafan (ketulusan mengakui kekurangan diri), dan kesediaan
berefleksi sehingga dapat mengendalikan diri dan tidak emosional. Sebab diskusi
dan dialog-diskursif pada dasarnya adalah musyawarah, dan musyawarah memerlukan
hal tersebut.(Muhammad Jawwad Ridla,2002: 211)
Contoh penerapan dari langkah-langkah metode diskusidalam pembelajaran
fiqih adalah sebagai berikut.
1.
Guru mengemukakan
masalah yang berkenaan dengan shalat
2.
Guru memanggil
peserta diskusi
3.
Peserta didik berdiskusi dalam satu forum diawasi oleh
guru yang mengampu pelajaran fiqih
4.
Siswa mempersentasikan bab shalat (rukun dan syarat)
5.
Setelah presentasi selesai kemudian moderator membuka kesempatan
kepada siswa lain untuk bertanya
6.
Presentator menjawabnya dan menanggapi hal-hal yang
terkait
7.
Kemudian siswa melaporkan hasil dari permasalahan dan
alternatif jawabannya kepada guru, seandainya belum menemukan titik temu, maka guru
yang berkewajiban mencari hasil jawaban atas permasalahan tersebut
8.
Pada akhir season diskusi forum ditutup dan
pertanyaan-pertanyaan yang sudah disertai jawaban dikumpulkan kepada guru sebagai laporan
diskusi.
H. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Kelebihan-kelebihan:
1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara
langsung dalam proses belajar,
2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan
dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing,
3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan
mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah,
4. Dengan mengajukan dan mempertahankan
pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh
kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri,
5. Metode diskusi dapat menunjang usaha-usaha
pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. (Suryosubroto,
1997:185).
Kekurangan-kekurangan:
1.
Suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai
bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa dan partisipasi
anggota-anggotanya,
2.
Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan
tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya,
3.
Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh
beberapa siswa yang “menonjol”,
4.
Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi
hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan,
5.
Diskusi yang mendalam memerlukan waktu ynag banyak, siswa
tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu. Perasaan dibatasi waktu menimbulkan
kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermafaat,
6.
Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani
mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok
masalahnya,
7.
Sering terjadi dalam diskusi murid kurang berani
mengemukakan pendapatnya,
8.
Jumlah siswa didalam kelas yang terlalu besar akan
mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya. (Suryosubroto,
1997:186).
BAB III
PEBUTUP
A.
Simpulan
Metode pendidikan ialah semua cara yang
digunakan dalam upaya mendidik. Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan.
Jenis metode diskusi sebagai berikut. Diskusi Kelas, Diskusi kelompok kecil,
Simposium, Diskusi panel, Seminar, Lokakarya.
Relevansi Metode Diskusi, Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada
(dimilki) oleh para siswa.
Langkah-langkah Metode Diskusi, Perencanaan atau persiapan diskusi, Pelaksanaan
diskusi dan Tindak lanjut diskusi.
Salah satu contoh pembelajaran yang menggunakan metode diskusi adalah
pemebelajaran fiqih.
Kelebihannya: Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam
proses belajar,Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan
pelajarannya masing-masing. Sedangkan Kekurangannya: Suatu diskusi tak dapat
diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada
kepemimpinan siswa dan partisipasi anggota-anggotanya,
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi,Abu.Joko Tri Prasetyo.2005.Strategi
Belajar Mengajar.Bandung: Pustaka Setia.
Drajat,Zakiah.Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Majid,Abdul.2013.Strategi Pembelajaran.Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Muhammad Jawwad Ridla.2002.Tiga Aliran Uama
Pendidikan Islam.Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Muhaimin.2005.Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam.Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada.
Soenarjo A. 1971.Al-Qur’an
dan Terjemah.Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir Al-Quran.
Sudjana,Nana.2002.Dasar-dasar Proses
Belajar Mengajar.Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suryo subroto,1997.Proses Belajar Mengajar
di Sekolah.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Thoha,Chabib.dkk.1999.Metodologi Pengajaran Agama.Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo bekerjasama dengan Pustaka Pelajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar